Wednesday, December 21, 2011

Design Pressure & Design Temperature

Kemarin, sambil senyum-senyum menghadapi alangkah lucunya negeri ini dimana meskipun drawing saya comment, saya wajib ngasih nilai A oleh pak boss. Sak karepmu, plant-plantmu dewe kok….

Sekonyong-konyong datang email masuk minta opini terkait permasalahan yg terjadi di project lamaku yg aku tinggalkan di tengah jalan (ora tanggung jawab). Ternyata ada masalah dengan line perpipingan dari well yg berisi dua fase (steam/brine) terhubung dengan Separator dan Silencer. Dari design dan stress analysis semua fine2 saja. Plant sudah running well selama 3 bulan tidak ada masalah. Ndilalah ada kondisi dimana plant must di shutdown, begitu sumur shut-off khoq rupture disc pecah dan pipa njeplak sampai ada sebagian shoe yg tidak lagi menumpu sleepernya. Ada kemungkinan ada bagian over stress di titik2 tertentu oleh kejadian tersebut. Kita tidak mau membahas itu designnya salah atau benar, trus kok bisa njeplak itu kenapa? Apakah ada water hammer atau apalah disitu? Hehehe siapa operator yg sedang bertugas saat itu? Atau si operator lemburnya dibayar apa nggak? Heheheh

“Husss…. Ditunggu-tunggu malah nglantur. Ndleming, sajak kakean ngombe kopi….”

Pertanyaan sederhananya, bagaimana kondisi perpipaan pada bagian2 yg mungkin telah terjadi over stress? Bolehkah hal ini secara Code?

Kita mo ngomongin pressure & temperature disain trus gimana kalau ada penyimpangan dari kondisi disain ini? Cekidot gan….

Design Pressure
Pressure dimana kondisi paling severe dari pressure internal atau eksternal dan temperature yg diharapkan terjadi selama servis :
-          Kondisi paling severe dimana menghasilkan komponen paling tebal atau komponen dengan rating tertinggi
-          Inside pipa pada jacketed pipe untuk kondisi kombinasi paling severe yang diharapkan selama servis
-          Kondisi penyimpangngan yg sifatnya sementara/sebentar, dipertimbangkan secara terpisah
-          Sumber pressure yg biasanya jadi pertimbangan :
o   Pengaruh ambient
o   Naik turunnya tekanan
o   Operasi yg tidak bagus
o   Dekomposisi fluida
o   Static head
o   Kegagalan alat pengontrol

Design temperature
Temperature dimana bersesuaian dengan pressure yg diperlukan komponen paling tebal atau rating tertinggi.
Untuk Insulated line :
-          Bisa diambil dari temperature fluida
-          Bisa diambil dari rata-rata temperature dinding (pipa)
-          Bisa berdasar pengukuran atau pengujian
-          Mempertimbangkan heat tracing atau sumber panas yg lain

Untuk Un Insulated line :
-          Temperatur di bawah 65 C: diambil dari temperature fluida atau solar radiasi atau efek lain yang memberikan temperature lebih tinggi
-          Temperatur di atas 65 C:
o   Dapat diambil dari temperature fluida
o   Dapat diambil dari rata-rata temperature dinding (pipa)

Disain minimum temperature : temperature terendah yang diharapkan terjadi dalam servis
-          Bisa diambil dari temperature fluida
-          Bisa diambil dari rata-rata temperature dinding (pipa)
-          Bisa berdasar pengukuran atau pengujian

“ Kok ribet gitu kan?”
Wis, nggak usah dipikir. Percayakan saja sama orang Process….
Allowance untuk Menyimpang terhadap Pressure/Temperatur Disain
B31.3 membolehkan disain pressure disetting lebih rendah dari kondisi pressure dan temperature paling severe dengan kondisi tertentu :
-          Tidak ada cast iron atau non ductile component yg lain
-          Nominal pressure stress tidak melebihi yield stress pada temperature yg bersangkutan
-          Longitudinal stress lebih rendah dari allowable
-          Increased pressure tidak boleh lebih dari test pressurenya
-          Dengan persetujuan client, stress boleh melebihi 33% untuk maksimal 10 jam / kejadian atau akumulasi 100 jam /tahun
-          Dengan persetujuan client, stress boleh melebihi 20% untuk maksimal 50 jam / kejadian atau akumulasi 500 jam /tahun
-          Dengan tanpa persetujuan client, stress boleh melebihi 20% untuk maksimal 50 jam / kejadian atau akumulasi 500 jam /tahun jika ada self-limiting event, contohnya pakai PSV

“hhmmm jadi, incidental pressure itu diperbolehkan melebihi asalkan tidak boleh lebih tinggi dari test pressure-nya ya? Test pressure maksudnya hydrotest pressure yg besarnya 1.5 dari Disain pressure itu kan?”

Hush, siapa bilang kalau hydrotest pressure itu besarnya 1.5 disain pressure?

“la setahu saya simbah-simbah bilang gitu, hydrotest = 1.5 x DP….”

La itu kan mbahmu. Hehehe
Hydrotest Pressure = (1.5 x Design Pressure x Allowable Stress pada test Temperatur) / Allowable Stress pada Design Temperature)
 Coba dicek lagi di ASME B31.3 deh.
“Oooo… La trus, kesimpulannya untuk kasus yg sampeyan ceritakan  tadi gimana? Masih ok apa nggak?”
Yo mbuh, klo itu kan musti dicek dulu, saat peristiwa itu kira2 maximum stress yg terjadi masih dalam batas2 yg diijinkan apa nggak. Kira-kira ya klo ternyata diverivikasi ulang pakai Caesar, maximum stressnya tidak lebih dari 133% ya mungkin saja bisa dianggap acceptable. Hehe maksudnya Ok disini bukan berarti terus sistem perpipingannya nggak diperbaiki ya? Perbaikan tetep perlu, cuman mungkin tidak sampai diamputasi.

Sunday, December 18, 2011

Material-2

“Mas bro, lanjutin obrolan kemaren dong….! Btw, kenapa kok mesam-mesem?”
Hehehe, ini nih barusan review drawing dr Contractor. Jian, katrok tenan. Dibandingin kualitas becakan di Indon jauh banget. Dasar pawang ular, modal cocot dan rai gedhek aja buat survive….
“Eits, jangan lupa. Sampeyan kan pernah cerita, bahwa mereka punya ilmu kodok. Kata sampeyan ilmunya manjur banget….”
Jian, bener2 ngrusak sendi2 kehidupan ber-engineering mereka itu.
“Cuit-cuit, ada orang curhat terselubung. Jangan2 ngomong jelek gara2 kalah saing. Wakakak”
Dasar Telo Malothok…. Wis rasah digagas. Biarkan ini jadi bagian dari romantika hidup. Iso nggo crito anak putu. Monggo dilanjut ki mantebs….
Kemarin kita udah flash back sekolahan dulu mengenai mechanical properties dr material. Sekarang kita ngobrol yg lebih masuk ked lm, lebih mambu-mambu B31.3. Yuk mareee…..
Base Design untuk Stress
Klo kita mo ngetung tebal pipa (wall thickness calculation), atau melakukan sutris analysis kita musti ngerti. Basis allowable stressnya apa to?
Metallic material (kecuali iron dan bolting), basis tegangannya adalah mana dry g berikut ini yg paling rendah nilainya:
a.       Di bawah creep range
-          1/3 dari minimum tensile stress (ST)
-          1/3 dari tensile stress at intended temperature (nilai tensile dari material turun dengan naiknya temperature)
-          2/3 dari minimum yield stress (SY)
-          2/3 dari yield stress at intended temperature (nilai yield dari material turun dengan naiknya temperature)  
b.      Di atas creep range
-          100% dari rata-rata stress untuk laju creep 0.01% per 1000 jam
-          67% dari rata-rata tegangan untuk patah pada 100,000 jam
-          80% dari minimum tegangan untuk patah pada 100,000 jam
c.       Tambahan
-          Untuk structural material, design stressnya 0.92 dari nilai yg lazim dipakai
-          Stress lebih dari 2/3 Sy tidak diijinkan untuk sambungan flange yg ada kemungkinan terjadi leakage jika terjadi deformasi
-          Design stress pada temperature dibawah minimum, sama dengan stress pada kondisi minimum
Cobak, dilihat contoh ilustrasi berikut basic allowable stress untuk material A106-B:
“Waduh kang, kliatannya rumit ya kang? Jadi, kalo aku mo ngitung ketebalan pipa, saya harus nyari data berapa 1/3 tensile stressnya, berapa 2/3 yield stressnya, trus berapa creepnya, dst? Hadewww…. Pecas Ndahe….”
Hellow…. Ngak segitunya kaleee…..! (Alay mode on)
Semua data berkenaan basic Allowable stress di atas sudah tersaji manis di table A1 dari ASME B31.3. Bahkan kalo sampeyan melakukan sutris analysis pake Caesar II atau Autopipe, semua datanya sudah ostomatis.
“What…..? Jadi ngapain sampeyan ndremimil dari tadi kalo ujungnya tinggal ngiling dari table atau software?”
Yo sak karepku to? Wong lambe-lambeku dewe kok ndadak kakean protes. Emang sampeyan pengamat yg sukanya dikit2 nyacat uwong? Huhhh nek ngene carane, saiku “Lo, gue END….”
“Sik…sik… mung guyon ae lo njur nesu…. Nek nesu mbok madhang, kae lo segone njupuk dewe nang pawon… wakakakk….”
Nek kuwi LESU Dab…..! Nggaya, kayak cewek cakep aja pakai LESU Pipit….
“Itu LESUNG Pipit Kang……! Kliatan banget nih kakangku ini udah tuwa. Guyonannya masih style 90-an. Heheheh suka plesetan. Kerenan dikit dong kang, sekarang musimnya Stand Up Comedy. Setiawan Tiada Tara yg dulu jagonya plesetan aja sekarang ikut2an Stand Up Comedy….”
Wakakak
Material Requirement dalam B31.3
Ngemeng-ngemeng soal material (Sri Mulat Mode On), kita berbicara material dari sudut pandang :
-          Listed vs Unlisted Material
-          Temperature Limit
-          Impact Test/Toughness Requirement
-          Deterioration (Degradasi Material)
a.       Listed vs Unlisted Material
Mirip2 dengan Piping Component sebelumnya, material juga mengenal Listed vs Un Listed material.
-          Listed material : material yg specifikasinya tercantum dlm table A1 dan atau Tabel 326.1 boleh digunakan
-          Un Listed material : material yg tidak tercantum, boleh digunakan dengan kondisi tertentu.
-          Un Known material : material antah berantah tidak boleh digunakan.
Un Listed Material boleh digunakan jika :
-          Sesuai dengan specifikasinya menyangkut komposisi kimia, mechanical properties, manufacture, heat treatment dan quality controlnya
-          Sesuai dengan ketentuan Code
-          Allowable stressnya ditentukan berdasarkan basis dari Code di atas tadi
-          Diverifikasi Serviceabilitynya (para 323.2.4)
b.      Temperature Limit
-          Listed material boleh digunakan di atas temperature maximum, jika tidak dilarang dlm code dan diverifikasi serviceabilitynya sesuai dengan para 323.2.4
-          Listed materal boleh digunakan dalam temperature rangenya jika base metal, weldment dan HAZnya dikualifikasi sesuai dengan kolom A dari Tabel 323.2.2
-          Listed material boleh digunakan di bawah temperature minimunya jika tidak dilarang oleh code dan base metal, weldment dan HAZnya dikualifikasi sesuai dengan kolom B dari Tabel 323.2.2

c.      





















 LTCS
Low Temp Carbon Steel erat kaitannya dengan toughness dan Impact Test.
-          Beberapa CS di Tabel A1 menyatakan nilai exact untuk minimum temperaturnya. Sebagai contoh adalah Material A333-6, minimum temperaturnya -48 C. A333-6 ini tergolong sebagai LTCS, klo lihat di ASTMnya, A333-6 sudah built-n dengan impact test untuk in compliance dengan aplikasi temperature rendah.
-          Beberapa CS di Tabel A1 menyatakan huruf (A,B,C,D) untuk kolom minimum temperaturnya. Dalam hal ini, minimum temperature mengacu kepada grafik323.2.2A berkenaan dengan Impact Test Requirement.

-         





















Material boleh tidak dilakukan impact test jika stress rationya tidak melebihi grafik 323.2.2B.

Stress Ratio dihitung berdasarkan mana yang yang lebih besar dari :
-          Nominal pressure stress / S
-          Pressure / Pressure Stress
-          Combined longitudinal stress / S













d.      Deterioration
Material selection untuk menahan deterioration dari service fluidnya di luar scopenya Code ini. Mudah2an suatu saat nanti diberikan kesempatan untuk ngobrol banyak tentang hal ini.

Saturday, December 17, 2011

Material-1

Sampeyan dulu lulusan apa sih mas….?
“Kenapa kang, kok tumben2an tanya2 sekolah? Udah lupa to?
Nggak, Cuma mo flash back aja, soalnya apa yg mo kita obrolin hari ini ada mambu-mambu dikit sama pelajaran sekolah dulu.
“Ohh…”
Hehehe masih kebayang dulu sekolah SD Balangan II di kampong nyeker (ndak pakai sepatu), klo ujan ndak pake payung tp pake daun pisang atau plastic guedhe bungkus gula. Hmmm sungguh sesuatu banget. Nikmat bisa sekolah adalah anugrah yg sangat2 harus saya syukuri. SPP SD saya dulu cumak bayar 300 repes. SMP Sendangsari, dg gaya necis baju strikaan pakai setrika cap Jago hingga sudut lipatannya tajam (istilahnya mbele'r), pake sepatu converse dikutuk (sepatu warrior red) dan tas hitam panjang selutut ala Lupus. Dulu SMP cuma bayar 3000 udah termasuk nabung 100 buat study tour ke nJokarto. Saya SMA yg udah agak kotaan dikit meski bukan SMA kaporit (SMA 4 Yogyakarta). Berangkat naik Bus 3/4 Koperasi Pemuda yg suka dikuyo-kuyo sama sopir dan keneknya, soalnya anak sekolah ndak bayar penuh. SPP dulu cuma 7000 rupiah. Ini klo gak salah juga udah ada nabungnya buat study tour ke mBali. Saat kuliah pun masih lumayan, satu semester 250 ribu rupiah, plus ada sedikit beasiswa yg bs disisihkan untuk beli Komputer Pentium 486. Lumayan, bs buat ngetik tugas akhir dan dengerin lagunya The Corrs lewat winamp (bilangnya The Corrs, padahal Asep Irama hahaha). Dengan modal nekat dan keyakinan sederhana bahwa “dimana ada kemauan, di situ pasti ada jalan”, akhirnya bisa juga jd sarjana teknik dari universitas ternama di Yogya. Alhamdulillah ya....
Sekarang kehidupanku (secara ekonomi) sudah agak mendingan di bandingkan ekonomi orang tua saya dulu. Dengan uang hutang dr mertua, aku juga bisa dapat gelar master dr salah satu universitas di nDepok. Nikmat Allah yg mana lagi yg pantas aku dustakan?
Tp nggak tahu mengapa, justru saat ini saya punya ketakutan yg begitu mendera. Apakah saya bisa provide pendidikan yg layak bagi anak2 saya nanti? Salah satu ego dasar orang tua adalah, keharusan anak memiliki pendidikan yang lebih tinggi dari orang tuanya. Rasa-rasanya, ini akan sulit diwujudkan mengingat mahalnya biaya pendidikan. Wuihh, biaya sekolah sekarang mahal banget euy….
“Gak salah ya kang ya, klo sebagian orang masih menganggap bahwa zaman Suharto lebih enak dr zaman reformasi ya…?”
Hmm…..
“Simak obrolan pasutri sambil nyruput teh yg ditemani mendoan anget berikut….”
Bapak    : Bu ne, kalau dipikir-pikir, rasanya lebih enak dulu pas masih zaman Suharto ya bu ne…?
Ibu         : Cie-cie… Gak ada angina, gak ada hujan tumben-tumbenan ini Bapakne ngomongin politik…
                  Ada apa gerangan?
Bapak    : Ah, gak papa kok Bu ne…
Ibu         : Kenapa Pak ne, kok Zaman Suharto lebih enak dr zaman reformasi.
Bapak    : Iya, kan dulu pas zaman Suharto, Bu ne masih muda, masih keset… hehehe
Ibu         : ?????
Lambemu iku, wis dilanjut ae sinaune…..
Iya, sekarang kita mo ngomongin soal material. Berbicara tentang material di B31.3, kita musti ngomongin material dr aspek sebagai berikut :
-          Kekuatan material (Sifat Mekanis dr material)
-          Basis untuk design stress
-          Material Requirement
Yuk mareee kita kupas satu demi satu….
Sifat Mekanis Material
Stress(Tegangan)
Gaya (F) dibagi luas permukaan dimana gaya tersebut bekerja (A), satuannya bisa Psi, kg/cm2, N/m2 (Pascal, Pa) dll.
Strain (Regangan)
Perubahan panjang (delta L) dibagi dengan panjang mula-mula (L0).
Dari pengujian tarik suatu material, bisa didapatkan diagram Stress-Strain. Dari pemahaman tentang kurva ini, kita bisa nantinya akan lebih mudah untuk memahami material dan stress analysis lebih lanjut.

Dari kurva stress-strain, kita bisa tahu :
-          Yield stress : tegangan dimana material mulai mengalami deformasi plastis.
-          Tensile stress/ultimate stress: tegangan maximum yg bisa ditahan suatu material saat ditarik sebelum material mengalami necking.
-          Modulus elastisitas : deskripsi matematis dari material yg menunjukkan tendensi untuk terdeformasi elastis jika dikenai suatu gaya, didefinisikan sebagai kemiringan (slope) dari kurva stress-strain pada daerah elastis, semakin tinggi modulus elastisitas maka material akan semakain kaku.
Creep
Deformasi permanen terus-menerus dr suatu material yang mengalami stress yg konstan. Dengan kata lain, creep merupakan fenomena yg bergantung dengan waktu (time dependent behavior).
-          CS pada suhu di atas 370 C
-          SS pada suhu di atas 510 C
-          Al alloy pd suhu di atas 150 C

"hehehe kata kunci creep ada di waktu dan temperatur tinggi ya kang?

Kurang lebih seperti itu, creep itu sebenernya kan fenomena difusi. Nah difusi itu variable waktu, dan laju difusi dipengaruhi tingginya temperatur. Contoh kasusnya turbin blade, yg beroperasi pada temperatur sangat-sangat tinggi. Maka materialnya dipilih nickel base alloy, udah gitu dibuat single crystal lagi biar laju creepnya rendah. Trus, turbin blade juga mengenal umur pakai. Jadi, walaupun belum kelihatan rusak, tp kalau umurnya udah sampai padai design lifetimenya ya musti diganti.
Fatigue Failure
Kegagalan sebagai hasil dari pembebanan berulang (load cycle) yg besarnya lebih kecil dari pada beban yg dibutuhkan untuk material mengalami kegagalan pada single application.
"Kang, jadi kata kuci untuk fatigue failure ini adalah load cycle ya"
Iya, jd jangan ujug2 klo ada failure pada sistem perpipingan terus bilang fatigue ya....
"Lo kok nuduh....."
Hehehehe

Toughness (Ketangguhan)
Kemampuan material untuk mengabsorb energy dan mendeformasi pastis tanpa patah, didefinisikan sebagai jumlah energy per volume yang material tersebut bisa absorb sebelum patah. Dari, kurva stress-strain, toughness bisa direfleksikan dengan luas area dibawah kurva.
 "Wuih, kelihatannya brittle fracture ini nggilani banget ya? Apa ini salah satu contoh kegagalan yg bersifat catasthropic ya"

Hmmm... bolehlah, jd kegagalannya bersifat ujug-ujug, dumadakan, sekonyong-konyong....


Secara laboratorium, mengetahui toughness material dengan charpy impact test.








Pemahaman yg baik dr fracture toughness ini, membantu kita dlm aplikasi pada temperatur rendah. Material seperti CS mengenal adanya temperature transisi antara ductile dan brittle (temperature transition embrittlement). Terlihat dr grafik, CS pada aplikasi temperature rendah dapat kehilangan ketangguhannya, sehingga material pada temperature rendah rawan terjadi brittle fracture.

"Oooo.... kayaknya fenomena ini yg melatar belakangi adanya material LTCS ya kang?"









to be continued

Sunday, December 11, 2011

Piping Component

“Kemarin2 kan kita udah ngobrolin piping komponen, lanjutin dong kang…. Apa aja sih piping komponen itu?”
Udah ngobrolin, emang kapan?
“Halah, kang Sarmin ini pura2 lupa. Tak sumpahin kayak N*n*n baru tahu rasa loh….”
Hihihihi… Enak banget ya bisa pura2 lupa. Kayak simbah buyut aja. Dulu simbah buyut klo abis makan suka marah2. Kenapa sih blm dikasih makan juga? Hehehe beliau lupa klo b raja selesai makan….
“Klo itu sih namanya pikun…. Masak sih seumuran N*n*n udah pikun. Orang kaya kan nggak mungkin kebanyakan makan brutu…. Kan katanya mengoleksi tas Hermes, mestinya pembantunya klo beli ayam yg boneless lah?”
Hehehe… Klo masih belum tua-tua amat tp ngakunya sakit lupa kayaknya lebih baik dipasung aja di kandang ayam. Tunggu sampai rambutnya gimbal. Kasihan kan, klo dibiarin berkeliaran bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.
“Udah ah kang, nggak enak kan ngomongin orang. Lanjutin aja yg kemarin ya kang ya….”
Klo ngomongin orang yg ngaku sakit lupa (amnesia), aku jadi teringat simbokku je… (hik…hik…). Simbokku itu sampai sekarang masih belum ingat namaku. Simbok pernah amnesia gara2 koma di RS Sardjito sekitar 27 hari tanpa sadar disekitar th 2003. Beliau jatuh dr motor, saat nebeng tetangga yg baik hati sewaktu pulang dari pasar mBalangan. Bangun-bangun udah lupa segalanya, kecuali nyebut asma Allah. Subhanallah, untung Allah nggak menghapus daftar nama-Mu dr ingatan simbokku. Seiring waktu berjalan, ingatan simbok sudah membaik cuman untuk nyebut namaku masih blm inget.
Eits, Kok malah jadi mellow gini. Kita lanjutkan aja yuk….
“Yook, mareeee…..”
Piping komponen itu setidaknya ada pipa, fitting, branch connection, flange, gasket dan bolting. Oke lah, kita obrolin satu demi satu….
Pipe
Sebuah silinder berlubang ( hollow cylinder) atau tubing yang digunakan untuk mengalirkan fluida (liquid, gas, atau slurry).
Seamless : produk pipa yg dibuat tanpa welded seam
Welded : produk pipa yang mempunya longitudinal seam.
Perbandingan welding joint factor beberapa jenis pipa :

Seamless => welding joint : 1
ERW => 0.85
Furnace Butt weld => 0.6
Single Fusion Weld =>0.8 - 1 (tergantung NDE requirement)
Double Fusion Weld => 0.85 - 1 (tergantung NDE requirement)
SAW => 0.95
Fluida-fluida tertentu ternyata mempunyai restriksi dalam menggunakan pipa jenis tertentu juga. Misalnya:
-          Furnace butt welded pipe hanya dibolehkan untuk fluida berkategori D
-          Specifikasi tertentu membolehkan digunakan untuk D fluid dg safe gurding
-          Hanya pipa yg masul list table 305.2.3 yg boleh digunakan untuk severe cyclic condition.

Fitting
Fitting biasanya dipilih melalui bagaimana cara dia disambungkan terhadap pipanya.
Threaded Fitting
-          Material bisa dr grey iron (B16.4), malleable iron (B16.3) atau steel (B16.11)
-          Size biasanya terbatas sampai 2”
-          Umumnya tidak digunakan jika potensi leak tidak bisa ditolerir
-          Straight thread ketemu taper thread hanya diperbolehkan untuk D fluid
-          Size 1 1/2 “ kebawah taper thread minimal sch 80 untuk aplikasi normal fluid
-          Boleh digunakan pada service cyclic condition jika hanya untuk non moment bearing seperti koneksi untuk thermowell
Socket weld
-          Umumnya steel material (B16.11)
-          Umumnya terbatas untuk size sampai 1-1/2”
-          Tidak digunakan dimana korosi crevice bis dipercepat oleh fluidanya atau korosi erosi mungkin terjadi








Butt Welding
-          Sangat common, B16.9 (bisa CS, SS, Nickel base alloy)
-          Umum digunakan untuk size 2” ke atas
-          Umumnya tidak ada restriksi
-          Susah pengelasannya untuk size kecil dan tipis

















OD Tubing
-          Material bisa copper, steel atau nickel base alloy
-          Bisa compression fitting atau flared fitting (B16.26)
-          Biasanya tidak untuk severe service, untuk aplikasi severe cyclic harus di-safe guarding













Water Tube
-          Common material : copper
-          Bisa soldir joint (B16.18, B16.22) atau brazing joint (B16.50)
-          Tidak fire resistant
-          Solder hanya diperbolehkan untuk D fluid
-          Braze joint boleh untuk normal fluid, boleh untuk m fluid dg safe guarding, namun tidak diperkenankan untuk severe cyclic condition

Fitting Groove
Fitting dimana pipanya harus dibuat groove dlm aplikasinya, elastomeric seal juga diperlukan.









Miter Bend
Dua atau lebih bagian lurus dari pipa yg dipasangkan dan disambungkan dalam bidang sudut sehingga menghasilkan perubahan arah (menyerupai elbow). Hehehe gimana ya kalimat yg enaknya?

-          Sudut alfa lebih dari 45 deg, hanya boleh digunakan untuk D fluid
-          Untuk severe cyclic condition, sudut alfa tidak boleh lebih dari 22.5 deg







Percabangan (Branch)
Pilihannya adalah tee, unreinforced fabricated tee, reinforced fabricated tee atau pakai branch fitting (olet).
Dasar pemilihannya:
-          Cost,tergantung material, ukuran dan fabricator
-          Resistance to external moment
-          Kemampuan untuk dilakukan pengujian (NDE)


Tee





Unreinforcing Fabricated Tee


Reinforced Fabricated Tee











Branch Fitting (olet)













Flange
Biasanya dibedakan berdasarkan metode penyambungannya, seperte threaded, socket weld dan weld neck. Kelebihan dan restriksinya sama dengan fitting, sehingga weld neck paling baik, sehingga mandatory untuk aplikasi severe cyclic condition.
Ada juga type lain, yaitu slip on dan lap joint.
Slip on :
-           tidak terjadi crevice jika dipasang dengan dua welding
-          mudah alignment
-          Mempunyai dudukan gasket yg bagus juga
-          Dihindari jika ada temperature cycle yg besar
Lap joint :
-          Bisa lebih murah (contoh flange SS, lap joint CS)
-          Lebih mudah fabrikasi dan instalasi
Flange facing
-          Umumnya raise face
-          Flat face lazim untuk iron flange, harus pakai soft gasket

















Gasket
-          Tahan terhadap degradasi akibat normal servicenya (chemical, temperature)
-          Mempunyai leak rate yg cukup rendah
-          Blow out resistance
-          Fire resistance
Macam-macam gasket
-          Non metallic : rubber, reinforced rubber, fluoropolimer
-          Metallic gasket : flexible graphite, spiral wound, ring joint oval, octagonal)

Bolting
-          Harus mempunyai kekuatan yg cukup
-          Harus mempertimbangkan factor korosi terhadap fluidanya
-          Piping umumnya menggunakan stud bolt (tidak pakai kepala) daripada machine bolt (yg pakai kepala)
"Hadewww..... Pecas Ndahe......"